Travelnesia.id – Wonosobo melaksanakan Wisuda lengger di Dusun Giyanti, pada Sabtu (13/8). Dua puluh penari perempuan menjalani serangkaian prosesi wisuda lengger.
Mereka datang tak hanya dari Wonosobo melainkan juga kota tetangga. Wisuda lengger diharapkan bisa mencetak penari dengan kualitas maksimal baik mutu dan perilaku.
Prosesi Wisuda Lengger Wonosobo
Sebelum mereka melaksanakan wisuda lengger mereka akan menjalani serangkaian prosesi. Mulai dari pembekalan, praktek dan menjalani sejumlah ritual seperti puasa, ziarah ke makam tokoh adat Dusun Giyanti, simpuh lengger, jamasan dan larung sesaji.
Inisiator Wisuda Lengger Tatag Taufani menjelaskan, wisuda lengger sudah ada sejak tahun 1980-an. Namun baru digabung dengan acara Rakanan Giyanti pada 2018 lalu. Tiap tahunnya, wisuda lengger amat diminati para penari.
“Tak hanya dari Wonosobo saja, tapi ini juga ada dari Banjarnegara dan Temanggung. Kami tidak batasi secara wilayah, jadi lengger dari mana saja bisa wisuda di sini mulai usia 16-30 tahun. Untuk biaya sendiri kami tidak pungut, alias gratis,” kata Tatag kepada Suara Merdeka.
Dikatakan Tatag, untuk menjadi seorang lengger yang baik harus profesional dan tidak hanya sekedar menari. Seorang lengger dituntut harus memahami teori, ptaktek, sejarah dan dan maknanya.
“Kemudian harus disiplin karena lengger adalah profesi, dan dia dijadikan sebagai panutan. Beberapa wisudawan lengger juga mengaku semakin mantap menjalani profesinya setelah diwisuda,” imbuhnya.
Setelah melakukan sederet rangkaian wisuda, para lengger akan menjalani ikrar catur dharma. Mereka akan mengucap komitmen menjadi seorang lengger.
“Pertama yang jelas takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, setia pada Pancasila dan NKRI, selalu setia dan melestarikan budaya nasional, menjaga martabat dan kehormatan serta menjaga kode etik,” papar laki-laki yang juga seorang dalang ini.
Harapan Pelaksanaan Wisuda
Dia berharap, setelah diwisuda para lengger bisa menjalankan ikrarnya. Selain itu bisa mencetak penari lengger yang berkualitas baik dari segi, mutu maupun perilaku.
“Karena kita tahu bahwa pendapat masyarakat lengger itu dikonotasikan negatif. Maka dari itu kita berusaha mengurangi pandangan itu melalui wisuda lengger,” ucap Tatag.
Salah satu peserta wisuda lengger asal Banjarnegara, Sella Aulia (17) mengaku gemar menari sejak kecil. Dia sudah kerap melakukan pementasan lengger baik di kotanya maupun di Wonosobo. “Senang sudah menjalani wisuda dan karena nguri-uri budaya Jawa. Semoga setelah ini bisa lebih banyak job lagi,” ungkap Aulia.
Senada dengan Indah Rista (18) lengger asal Kecamatan Kalikajar. Perempuan satu anak ini sudah satu tahun menjalani profesi menjadi lengger, dia kerap pentas di Dieng, Banjarnegara, Kaliwiro dan Kertek.
“Saya mau ikut wisuda selain biar lebih profesional, kan bisa buat kenang-kenangan. Semoga kami setelah diwisuda semakin banyak diundang ke pertunjukan,” tutup Indah.