[ad_1]
Mercusuar.co, Blora – Pendamping mahasiswa KKN UGM Dr Rohman mengungkapkan, setelah dilakukan survei, sebanyak 77 orang mahasiswa UGM akan ditempatkan di enam desa, yang berada di tiga Kecamatan.
“Beberapa waktu lalu Pak Bupati kerap berkomunikasi dengan UGM, agar KKN nya bisa ditempatkan di desa-desa hutan wilayah selatan. Oleh karena itu, tahun ini mulai ada penerjunan ke sana, diawali di dua desa yang ada di Kecamatan Kradenan. Yakni Desa Nglebak dan Desa Megeri, ada 22 mahasiswa yang akan KKN PPM di sana,” ungkapnya.
Selanjutnya, lanjut Rohman, 30 orang mahasiswa akan melaksanakan KKN PPM di Kecamatan Tunjungan, dengan menyasar Desa Tunjungan dan Desa Kedungrejo. Serta sisanya, 25 orang mahasiswa akan melaksanakan KKN PPM di Kecamatan Jepon, tepatnya di Desa Bangsri dan Desa Kemiri.
“Kami minta seluruh mahasiswa untuk melakukan pemetaan potensi desa dan menyusun program pemberdayaan masyarakat, agar ekonomi desa bisa ikut tumbuh. Khusus di Kecamatan Kradenan, Desa Nglebak dan Megeri, kita dorong agar dilakukan inovasi sinergi dengan dinas atau instansi terkait, agar pelayanan publik bisa diperoleh warga Nglebak dan Megeri dengan mudah. Pasalnya, dua wilayah desa ini lokasinya sangat jauh dengan pusat Blora,” terang Rohman.
Keberadaan mahasiswa Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN PPM) dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta diminta mampu membawa perubahan positif bagi masyarakat di Desa Nglebak dan Desa Megeri. Termasuk juga menggali dan memetakan potensi-potensi yang ada di desa tersebut.
Hal itu disampaikan Bupati Blora Arief Rohman pada penerimaan mahasiswa KKN PPM UGM dilakukan di aula lantai II Gedung Bappeda Blora, Senin (27/6).
“KKN-PPM harus bisa memberikan perubahan di desa, sebelum dan pasca-KKN PPM kelihatan,” ungkap bupati.
Bupati berharap, ke depannya penempatan KKN PPM yang ada di Blora bisa menjangkau desa-desa yang ada, di wilayah pelosok atau desa hutan. Mengingat, wilayah Blora sebagian besar merupakan hutan. Harapannya, agar masyarakat desa hutan termotivasi dalam menempuh pendidikan yang lebih baik dan dapat mengelola potensi desanya dengan baik.
“Ini baru Nglebak dan Megeri saja yang lumayan ekstrem, lainnya Jepon dan Tunjungan masih dekat kota. Ke depan, kita minta UGM agar bisa terjun ke desa-desa hutan, karena hampir 50 wilayah kita ini hutan dan banyak desa-desa di dalamnya yang butuh sentuhan kita,” imbuhnya.
[ad_2]
Source link