Mercusuar.co, Malang – Sebelum Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) melaporkan hasil temuannya, korban meninggal pada Tragedi Kanjuruhan berjumlah 131 orang.
Korban bernama Helen Priscella (21 tahun), warga Desa Amadanom, Dampit Malang, Jawa Timur. Yang dirawat di RSUD Saiful Anwar Kota Malang meninggal dalam kondisi kritis.
Helen sudah mendapatkan perawatan selama kurang lebih 10 hari. Kematian Helen menambah daftar korban meninggal Tragedi Kanjuruhan.
Dokter Arie Zainul Fatoni dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Saiful Anwar menjelaskan kematian Helen disebabkan gagal napas akut karena adanya cedera di luar paru-paru. Kondisi ini menurutnya diakibatkan sejumlah trauma.
Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) menyebut jumlah korban dalam peristiwa di Stadion Kanjuruhan Malang sebanyak 712 orang. Para korban terdiri dari 132 orang meninggal dunia (sampai disusunnya laporan TGIPF), 96 luka berat, dan 484 luka.
Hari ini, korban meninggal dunia akibat peristiwa Kanjuruhan di Kabupaten Malang, Jawa Timur bertambah lagi satu orang, kini totalnya menjadi 133 orang.
Korban tersebut bernama Andi Setiawan (33 tahun), warga Jalan Kolonel Sugiono, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang. Ia dirawat di RSUD Saiful Anwar sejak 2 Oktober 2022.
“Ada satu lagi korban dari tragedi Kanjuruhan yang sudah kami rawat sejak hari kejadian. Tadi ada penurunan kesadaran dan kondisi. Kami sudah coba perbaiki, tapi terakhir pukul 13.20 WIB kami nyatakan sudah meninggal,” kata Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Saiful Anwar Dokter Kohar Hari Santoso, Selasa (18/10/2022).
Sebelum meninggal korban yang menjalani perawatan akibat luka mengalami penurunan kesadaran. Korban akhirnya dinyatakan meninggal dunia pada pukul 13.20 WIB.
Dokter Eko Nofiyanto, salah satu tim dokter anestesi dan ICU RSUD Saiful Anwar mengungkapkan ketika Andi masuk ke rumah sakit pada 2 Oktober dini hari kondisinya sudah kritis.
“Saat itu, pasien masuk dengan kondisi kritis dengan penurunan kesadaran. Ada cedera di beberapa tempat,” kata Eko, seperti dikutip dari narasiTV pada Selasa (18/10/2022).
Andi dirawat di Unit Perawatan Intensif (ICU) karena sejumlah memar di paru-paru, patah tulang iga, dan tulang paha sebelah kanan.
Eko mengatakan sejak dirawat di ICU kondisi Andi tidak stabil dan kritis meski tim dokter telah memberikan alat bantu pernapasan. Hal ini membuat tim dokter tidak bisa melakukan tindakan operasi.
“Saat pasien kita rawat, kondisinya tidak stabil. Jadi, masih belum memungkinkan untuk tindakan operasi,” ujar dia.
Tak ada penjelasan rinci mengenai penyebab meninggalnya Andi.
“Sejak datang hingga terakhir, pasien dirawat di ICU. Penyebab kematian ada multi-trauma yang dialami,” kata dia.