Mercusuar.co, Purbalingga – Purbalingga Car Free Day (CFD) 2022 kembali kembali semarakan Minggu pagi dengan aneka kuliner oleh pelaku UMKM di sepanjang ruas jalan kota hingga alun-alun Kabupaten Purbalingga, Minggu (18/9/2022). Mereka para penjaja makanan sudah mulai mandiri, gelar dagangan tanpa suport dari pemerintah atau dinas terkait.
“Ada kemajuan, mereka sudah mandiri. Dinas tidak keluar uang sepeserpun. Hiburan, sewa sound, kebersihan mereka yang tanggung sendiri. Mereka sudah bisa dilepas,” ungkap Kepala Bidang UMUM Dinas Koperasi dan UMUM Kabupaten Purbalingga Adi Purwanto dalam keterangan tertulisnya, Minggu (18/9/2022).
Adi Purwanto menjelaskan, masyarakat di Kabupaten Purbalingga juga sudah semakin sadar ketika ada CFD, bagi pengendara mobil maupun sepeda motor tidak menerobos masuk. “Jal cukup ditutup tanpa ada yang menjaga, baik dari Polres, Dinhub, maupun Satpol PP,” jelasnya.
Namun demikian, pada CFD kaki ini keberadaan pengunjung di zona Madang (makan), lokasi berderetnya pelaku UMKM yang menjajakan beraneka jenis dan bentuk kuliner dirasa oleh sejumlah penjaja makanan kurang sesuai harapan. Dikarenakan CFD kali ini terkonsentrasi dua tempat, yaitu alun-alun dan kia-kia Mayong di gang Mayong.
“Kali ini ngga begitu ramai seperti biasanya, karena konsentrasi pengunjung terbagi dua. Di sini dan alun-alun,” ungkap Rizka Noveria Kumawati, salah satu pelaku UMKM yang menjajakan produk andalannya brownies kering.
Diketahui, CFD Minggu pagi kali ini (18/9/2022) disamping seperti biasanya, menjadi ajang perhelatan kuliner di gang Mayong, Purbalingga, kali ini kegiatan tersebut juga digunakan oleh Satlantas Polres Purbalingga untuk menggelar berbagai kegiatan. Diantaranya iyalah Senam, lomba mewarnai, pentas dolanan bocah, penampilan kesenian anak, penampilan wayang lantas, pameran kendaraan polisi, pameran foto, pelayanan Samsat keliling, Tes Drive Savety Riding, penampilan polisi cilik, dan penampilan patroli keamanan sekolah.
“Di alun-alun juga ada yang jualan makanan. Jadi pengunjung yang datang ke Mayong tidak begitu banyak,” ujar wanita yang pada CFD kali ini mengenalkan produk baru brownis kering varian keju berbahan baku tepung pisang.
“Kami sedang memperkenalkan produk baru dari Rizz Brownker, yaitu brownis kering tepung pisang. Sebenarnya cemilan ini cocok dikonsumsi anak-anak autis,” terangnya.
Hal yang sama juga dirasakan oleh Irmina Ekalistiya Moerni Rosa, pelaku UMKM yang berkosentrasi pada makanan berat, yaitu nasi liwet. Pemegang produk Finar Kre@zon@ ini juga merasakan zona Madang di CFD kaki ini mengalami penurunan omset karena pengunjung banyak yang berkosentrasi di alun-alun.
“Biasanya Jan 9 saja sudah habis dagangannya. Karena ada kegiatan di alun-alun, jadi pengunjung tidak semuanya ke sini,” ujar wanita yang bias dipanggil Lia.
Lia sendiri merambah menjadi salah satu peserta kuliner di CFD sejak dirinya dan beberapa pelaku UMKM lainya mendirikan komunitas Padoli (Apa-apa didoli), sebuah baguyuban pelaku UMKM yang mendirikan outlet dengan kegiatan menjual apapun yang bisa dijual.
“Dulu di masa pandemi banyak pelaku UMKM yang ga bisa berjualan, karena menurunnya daya beli. Sehingga kami dan beberapa teman membuat terobosan dengan cara menjual apapun yang bisa dijual dengan brand Padoli (apa-apa didoli/dijual),” ceritanya.(Angga)