MERCUSUAR.CO, Boyolali – Sejumlah peneliti dari balai arkeologi Yogyakarta dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Boyolali mulai melakukan penelitian Situs Gumuk Watu Serut di areal persawahan Desa Tlawong, Kecamatan Sawit Boyolali, Kamis (29/9/2022).
Sekretaris Disdikbud Boyolali, Waskito Raharjo mengatakan, penelitian ini dilakukan guna penyelamatan dan pelestarian benda benda purbakala yang berada di wilayah Boyolali. Dan dilakukan bersama dengan Arkeolog dari Yogyakarta beserta sejumlah tokoh masyarakat Desa Tlawong.
“Kegiatan ini bertujuan untuk penyelamatan dan pelestarian benda purbakala. Penyelamatan ini kita lakukan arkeolog asal Yogyakarta bersama Disdikbud Boyolali dan sejumlah tokoh masyarakat di desa Tlawong, Sawit,” katanya, Kamis (29/9/2022) siang.
Waskito Raharjo menambahkan , saat ini tim ahli melakukan pengukuran lokasi situs, kemudian nanti pada sudut yang dikasih tanda titik oleh tim ahli selanjutnya akan dilakukan penggalian. Penggalian diperkirakan memakan waktu sekitar dua minggu.
“Pada sudut lokasi situs ini dikasih tanda titik, kemudian dilakukan penggalian. Ya, penggaliannya diperkirakan selama dua minggu,” jelasnya.
Konsultan Arkeologi Yogyakarta Dwi Kurnia Sandy mengatakan, mulai hari ini (Kamis) timnya melakukan pengukuran serta penggalian guna mengetahui luasan lokasi situsnya. Selain itu, kegiatan ini juga ingin mengetahui sejumlah struktur yang belum ditemukan. Sampai saat ini belum diketahui luasan serta kedalaman dari situs Gumuk Watu Serut.
“ Kita sudah memasang garis benang dan sejumlah titik untuk mengetahui jumlah strukturnya. Sampai saat ini belum mengetahui luasan dan kedalamannya berapa tersebut diketahui di hari akhir nanti,” katanya.
Dwi menambahkan hingga sampai saat ini pihaknya belum bisa memastikan situs ini peninggalan dari agama apa. Namun bila dilihat dari jenis situs pada permukaannya mengarah pada agama Hindu. Pihaknya juga belum bisa memastikan jumlah situs yang brada di areal persawahan ini karena baru ada dua situs yang ditemukan.
” Kalau dilihat dari permukaan luar, situs ini merupakan dari peninggalan Hindu. Kami juga belum memastikan ada berapa jumlah situs karena baru ada dua yang ditemukan,” tambahnya.
Sementara menurut Kepala Desa Tlawong Joko Tri Wijianto, dirinya sudah mengetahui adanya situs di areal persawahan tersebut sudah ada sejak lama. Dan situs tersebut menjadi cerita turun temurun dari nenek moyang. Pihaknya juga sudah mendapat informasi dari Disdikbud Boyolali bahwa situs tersebut akan dilakukan pemugaran. Namun karena area persawahan tersebut sudah memiliki SHM maka jika akan dilakukan penggalian harus melakukan koordinasi dengan pemilik lahan.
“Belum lama ini kami mendapat informasi dari Disdikbud Boyolali bahwa situs tersebut akan dilakukan pemugaran, kemudian kami informasikan kepada warga saya dan ternyata Disdikbud Boyolali juga sudah berkoordinasi dengan pemilik lahan dan kami persilahkan,” katanya. (asp)