[ad_1]
Mercusuar.co, Wonosobo – Sebanyak tiga orang berambut gembel mengikuti prosesi ruwatan di Desa Sembungan, Kecamatan Kejajar. Dua di antaranya masih berumur enam tahun, sedangkan salah satunya sudah hampir memasuki usia kepala empat. Ruwat cukur rambut gembel merupakan agenda tahunan Desa Sembungan.
Salah satu yang menarik perhatian adalah Hening Rasa Karina Putri (6) adalah gadis kecil puteri dari pasangan Kulnaim (45) dan Irma Sukarni (45). Dia hanya memiliki permintaan agar bisa diruwat di Dieng dan doa agar selalu selamat atau waras slamet.
Ayah Karina, Kulnaim menceritakan awal mula buah hatinya tumbuh rambut gembel yakni pada saat usianya satu tahun. Mulanya hanya nampak rambut gembel kecil-kecil yang disertai demam, kemudian kejadian tersebut terus berulang hingga muncul gembel jenis pari.
“Awalnya saya panik, karena dia suka berhalusinasi dan bicara sendiri, tapi legowo karena memang anak dianugerahi rambut gembel. Dulu istri saya juga memiliki riwayat rambut gembel, dan menurun kepada Karina,” papar Naim pada sela-sela acara Ruwat Cukur Rambut Gembel di Telaga Cebong, Desa Sembungan, Kecamatan Kejajar, Minggu (3/7).
Di mata sang ayah, Karina adalah anak yang aktif, cerdas dan jarang rewel. Gadis kecil berparas cantik ini pun mengundang perhatian banyak orang karena rambutnya pirang dan cukup atraktif ketika diajak berkomunikasi. Bahkan dia bisa dibilang sadar kamera. Tak segan ia bergaya dengan gaya centilnya ketika ada mata lensa yang membidiknya.
Menurut Naim, Karina juga memiliki kebesaran hati, yakni ketika banyak teman yang meledek rambut gembelnya. Justru dia tidak marah dan bangga karena memiliki anugerah. “Saya juga bilang kalau ada yang mengejek dibiarkan saja. Saya berharap semoga nanti dia jadi anak yang cerdas dan berguna bagi nusa bangsa agama dan orang tua,” kata Naim.
Karina mengaku senang sudah dipotong rambut gembelnya. “Sekarang enteng, tidak berat lagi. Saya minta doa biar waras slamet dan sehat selalu,” tutur Karina yang hobi menggambar ini.
Selain Karina, ada Khadziqoh Noureen Rumaisa (6) yang memiliki permintaan sepeda warna-warni. Ibu Rumaisa, Niawati (45) mengatakan awal mula anaknya tumbuh rambut gembel pada saat berusia dua tahun. “Dulu neneknya juga rambutnya gembel. Saya berharap usai diruwat dia jadi anak yang sholehah, berbudi pekerti baik dan menurut orang tua,” kata Niawati.
Tak kalah menariknya, ada satu peserta yang memiliki jenis rambut gembel sanggul. Dia adalah Suyatmi (38), yang merupakan satu-satunya peserta dewasa. Rambut gembelnya muncul sejak 2015 silam.”Awalnya demam, sering minta sesuatu seperti orang ngidam. Lalu tumbuh rambut gembel kecil-kecil dan menggumpal jadi satu ke belakang menyerupai orang memakai sanggul,” kata Suyatmi.
Dia memiliki permintaan pada saat diruwat, yakni satu ekor kambing bunting. Sebelumnya, dia pernah mencoba untuk memotong rambut gembelnya tersebut namun malah tumbuh lagi. “Semoga setelah ruwatan ini tidak tumbuh lagi rambut gembel dan kehidupan saya lebih baik,” tutur Suyatmi.
Ketua Badan Pengawas Pokdarwis Cebong Sikunir, Tafrihan mengatakan agenda ruwat cukur rambut gembel sudah menjadi agenda tahunan desa tertinggi di Pulau Jawa ini. Namun sempat vakum dua tahun karena pandemi.
Prosesi ruwat rambut gembel Desa Sembungan, lanjut Tafrihan, dimulai dari arak-arakan peserta dari rumah kepala desa ke lokasi. Kemudian disambut dengan tarian, salawat, doa, cukur rambut lalu doa tolak bala.
“Rambut gembel yang telah dipotong akan dilarung di Telaga Cebong. Kalau di sini sudah menerapkan akulturasi dengan agama Islam, sehingga ada salawat dan tidak pakai sesaji maupun kemenyan. Hanya tumpeng saja perlambang sedekah dari masing-masing anak bajang (anak rambut gembel),” terang Tafrihan.
Masyarakat Dieng, lanjut dia, percaya bahwa anak bajang ini titisan Kiai Kolodete yang merupakan salah satu pendiri Kota Wonosobo. Kiai Kolodete lah yang membuka alas Dieng, diyakini sosoknya juga memiliki rambut gembel.
Anak gembel memiliki permintaan atau bebana yang harus dituruti. Si anak akan ditanya “gembelnya minta apa?” kemudian dia akan mengatakan permintaan yang kadang di luar nalar, misalnya telur satu keranjang, joget, selendang, dan masih banyak lagi. Ada juga yang menganggap rambut gembel ini membawa petaka sehingga harus diruwat.
Sebagai informasi, ritual cukur rambut gembel telah ditetapkan menjadi Warisan Budaya Tak Benda Nusantara dari Kabupaten Wonosobo oleh Kemendikbud RI tahun 2016. “Ini tentu saja menjadi salah satu daya tarik wisata di Desa Sembungan,” sebut Tafrihan.
.
Desa Wisata Terbaik
Desa Sembungan, Kecamatan Kejajar dinobatkan sebagai 50 desa wisata terbaik Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI). Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno meninjau langsung desa yang berada pada ketinggian 2300 mdpl tersebut.
Tafrihan menjelaskan ada tujuh kriteria penilaian penjurian desa wisata, di antaranya daya tarik wisata, pengelolaan homestay, toilet umum, CHSE, penyediaan souvenir, konten digital dan kelembagaan. Dirinya optimis desanya ini akan memenangi salah satu kategori ADWI.
“Kalau melihat dari juri mereka puas dari cara berpikir kami yang holistik. Mulai dari mitigasi kerusakan lingkungan ada alternatif ekonomi dengan pariwisata, begitu juga UMKM dan kelembagaan. Saya harap desa lain juga akan menerima manfaat karena tiap minggu kalau peak season desa kami bisa didatangi hingga dua ribu orang perhari,” sebut Tafrihan.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Wonosobo Agus Wibowo mengucap syukur atas dinobatkannya Desa Sembungan menjadi 50 desa wisata terbaik ADWI. Ke depan dia akan mendorong desa tersebut untuk terus melakukan inovasi dan diharapkan dicontoh desa lain.
“Desa Sembungan ini sudah masuk dalam tujuh kriteria penilaian. Di sini ada golden sunrise, CHSE nya masuk, ada pengelolaan sampah yang di sini sudah diolah seperti jadi pupuk, biogas dan paving blok. Kami akan dorong juga untuk masalah IT dan ATM ini segera ditindaklanjuti,” tutur Agus.
Sementara itu Menparekraf Sandiaga Uno mengaku terkesan dengan Desa Sembungan yang kaya daya tarik wisata. Dia memberi apresiasi atas kolaborasi yang dilakukan masyarakat untuk mewujudkan desa wisata ini.
“Kami berkomitmen desa wisata akan menjadi program unggulan kementerian agar masyarakat semakin merasakan manfaat dari pariwisata. Kami fokus pada kebangkitan ekonomi pasca pandemi,” pungkasnya.(Pelangi)
[ad_2]
Source link