Mercusuar.co, Semarang – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengapresiasi kajian Daerah Aliran Sungai (DAS) Juwana yang masuk program Prioritas Nasional untuk dilakukan pemetaan resiko bencana oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Dia berharap BNPB juga melakukan kajian serupa di DAS lainnya.
“Jadi kalau kita ingin membenahi itu nanti seperti apa sih yang terjadi. Kalau didiamkan seperti apa sih yang akan terjadi dari aspek kebencanaannya,” ujarnya seusai Diskusi Publik Pemetaan Resiko Bencana di DAS Juwana, di Semarang, Selasa (23/8).
Mantan anggota DPR RI itu mengatakan, sedimentasi acapkali jadi permasalahan DAS di wilayah Jawa Tengah yang salah satu penyebabnya adalah pembuangan limbah sembarangan.
“Kemudian kalau sedimentasinya sudah tinggi kapal tidak bisa parkir. Kapal-kapal yang di sungai juwana itu parkirnya sulit, kemudian suk-sukan (berdesakan) (akibatnya) terbakar,” tuturnya.
Diskusi pemetaan potensi bencana ini harus terus dilakukan, lanjutnya, selain untuk mitigasi juga dalam rangka merawat keberlangsungan sungai itu sendiri.
“Nah kalau kemudian secara pentahelix ini kita bisa mengerjakan, harapan kita penanganannya akan lebih baik,” ujarnya.
Dia berharap, mitigasi yang nanti dilajukan bisa mengembalikan fungsi sungai seperti semula, sehingga DAS yang ada di Jateng memberikan kebermanfaatan untuk masyarakat.
“Mudah-mudahan semuanya bisa dilakukan mitigasi dengan baik sehingga nanti sungai itu kembali fungsi seperti semula yang bermanfaat dan kemudian meminimalkan potensi kebencanaan yang terjadi,” tuturnya.
Sementara itu Direktur Pemetaan dan Evaluasi Risiko Bencana BNPB, Dr. Ir. Udrekh yang mengikuti secara daring menjelaskan, program ini dilakukan sebagai langkah sinkronisasi antara pemerintah pusat dan daerah.
“Suatu kegiatan itu dilakukan oleh beberapa pihak, dan jika ada kemauan untuk saling bersinergi, maka akan bisa saling mendukung. Semangat inilah yang harus kita bangun,” ujarnya.
Rentang waktu rencana pelaksanaan kegiatan, tambahnya, telah berjalan sejak bulan April lalu, keudian Juni dan Juli lalu sudah disusun draft peta bahaya dan kerentanan serta verifikasi serta validasi.
“Ini diskusi publik pertama, nanti September diskusi publik kedua. Kita harapkan akan banyak masukan juga untuk mendukung kegiatan ini,” tandasnya.(sunu)