[ad_1]
Mercusuar.co, Purbalingga – Terlihat ada gejala hama wereng coklat menyerang lahan pertanian, warga Desa Sidakangen, Kecamatan Kalimanah, Kabupaten Purbalingga serempak melakukan penyemprotan masal pada tanaman padinya. Hal itu disampaikan oleh Suhadi, Sekertaris Desa Sidakangen saat mendampingi penyemprotan.
“Kelihatan ada gejala wereng coklat, maka dilakukan pencegahan dengan cara disemprot. Agar tidak menjalar ke tempat lain, maka penyemprotan dilakukan secara masal oleh warga,” ungkap Sekdes Sidakangen.
Suhadi menjelaskan, lahan pertanian yang dilakukan penyemprotan bersama seluas 50 hektar, “Dan untuk mengerjakan penyemprotan lahan seluas itu cukup ditangani oleh anggota Kelompok Tani Ngudi Makmur dan Ngudi Karya. Masing-masing Kelompok tani menyemprot 25 hektar,” jelasnya.
Kordinator Penyemprotan Masal, Wahyudi Awan mengatakan kondisi pertanian di Desa Sidakangen sudah mulai maju dan berkembang. Warga sudah bisa diajak tanam padi bersamaan dalam satu waktu.
“Sekarang petani sudah mulai bisa diajak kerjasama, sudah mau melakukan cocok tanam padi bersamaan dalam satu waktu. Tidak seperti sebelumnya, mereka tanam padinya tidak teratur, saling menunggu, tidak ada yang mau mengawali secara cepat, maka panenpun ahirnya terlambat. Kondisi seperti itu sudah bertahun-tahu terjadi dan menjadi kebiasaan,” katanya.
Kesadaran untuk bekerja sama juga ditunjukan saat melakukan penyemprotan masal, melalui kelompok tani Ngudi Makmur semua lahan pertanian di Desa Sidakangen disemprot anti hama wereng secar bersamaan.
Namun demikian untuk memberikan pemahaman seperti itu, Awan yang juga sebagai Kepala Dusun 2 Desa Sidakangen mengungkapkan butuh waktu lama. Karena harus merubah menset lama yang sudah mengakar yaitu cocok tanam yang lambat, karena masing saling menunggu siapa yang mendahului, kemudian yang lain mengikuti.
“Untuk memberikan pemahaman agar bisa panen raya dan hasilnya maksimal, petani harus mau mengolah lahannya secara bersamaan dalam satu waktu yang tepat agar masa cocok tanamnya tidak terlambat, butuh waktu dan kesabaran. Karena mengubah kebiasaan itu sangat sulit,” ungkapnya.
Lebih lanjut Awan menjelaskan, saat ini petani mulai menyadari manfaat kebersamaan. Bukan saja hasilnya memuaskan, dalam penggarapan pra-tanam hingga perawatan juga sudah bisa dilakukan bersama-sama dan tidak saling menunggu sebagaimana biasanya.
“Sekarang tanaman sudah terlihat sama, umur tanamnya sama, insyaallah nanti panennya juga sama. Dan yang terpenting pada masanya tanam petani serempak turun sawa menanam, lalu mau mengikuti metode-metode baru yang bisa menghasilkan panen yang lebih baik,” jelasnya.
Untuk menyatukan petani agar bisa bergerak bersama dalam pengolahan lahan pertaniannya, pihak pemerintah desa ikut turun jalan memberikan solusi. Pemdes sepakat menggelontorkan Dana Desa untuk mendorong memajukan pertanian di desa Sidakangen.
“Pemerintah tidak hanya ngomong, tapi juga turun jalan memberikan solusi yaitu dana untuk membentuk perubahan. Melalui dana desa pemdes menggelontorkan anggaran untuk biaya pengadaan benih, petani terima benih secara gratis. Kemudian untuk pengendalian hama, petani tinggal menjalankan secara bersama-sama ,” ujarnya.
Awan berharap kegiatan pertanian di desanya terus maju, berkembang, walau sampai saat ini belum bisa ditargetkan bisa panen tiga kali dalam setahun, karena petani di desanya masih terkendala air jika harus memaksa tiga kali tanam sebagaimana yang dilakukan di daerah lain yang sumber airnya lancar.
“Sementara ini belum bisa panen tigak kali dalam setahun, karena terkendala air. Semoga nanti kalau sudah bisa membuat sumber air yang bisa memadai, harapannya bisa tiga kali panen dalam setahun,” harapnya.
Sebagai informasi, Awan menambahkan, dengan melalui pendampingan dari pemdes yang terus menerus kepada para petani, saat ini Desa Sidakangen telah berhasil memajukan kondisi pertanian hingga memiliki 3 Kelompok Tani, diantaranya Gapoktan Sangga Mukti, Kelompok Tani Ngudi Makmur, Kelompok Tani Ngudi Karya. Kepemilikan lainya yaitu UPPO (Unit Pengolahan Pupuk Organik), UPJA (Usaha Pelayanan Jasa Alsintan) Kangen Tani, dan Green House KWT (Kelompok Wanita Tani) Melati.
“Tidak saja pertanian, pembangunan infrastruktur juga terus di usahakan agar bisa terpenuhi sesuai dengan kebutuhan,” pungkasnya.(angga)
[ad_2]
Source link