[ad_1]
Mercusuar.co, Wonosobo – Penuh kasih sayang itulah kunci yang dipegang teguh oleh pasangan suami istri Mutolib (54) dan Titik Lusiati (40) dalam mengasuh 11 oang dengan gangguan jiwa (ODGJ) di kediaman sekaligus pondok Darul Majnun, Desa Mergosari, Kecamatan Sukoharjo. Para anak asuhnya ini datang dari berbagai latar belakang. Dzikir merupakan hal yang ditekankan Mutolib untuk para pasiennya ini.
Darul Majnun terletak di kediaman Mutolib tepatnya di RT 1 RW 4 Dusun Karangsari, Desa Mergosari, Kecamatan Sukoharjo. Rumah untuk para penyintas ODGJ ini telah berdiri sejak 2017 lalu. Pasangan suami istri Mutolib dan Titik merawat mereka dengan penuh kasih sayang.
Para ODGJ ini datang dari berbagai daerah di sekitar Wonosobo dan Banjarnegara. Ada 10 orang laki-laki dan satu perempuan, usianya mulai dari 13 – 30 an tahun Alasananya pun bermacam-macam, seperti patah hati, trauma, depresi bahkan ada bekas pecandu narkoba.
“Salah satu yang parah itu ada yang dulu dia bekas santri lalu suka dengan perempuan yang kaya dan tidak disetujui orang tua si perempuan kemudian dia menggunakan jasa seorang dukun lalu dia depresi. Ada juga yang ditinggal meninggal ibunya. Awal ke sini emosi mereka tidak stabil dan harus diborgol serta sering marah,” jelas Mutolib, Kamis (23/6).
Mutolib berkisah, beberapa di antaranya sudah ada yang sering berobat di rumah sakit jiwa namun tak juga membuahkan hasil. Dia memiliki metode sendiri dalam menyembuhkan para ODGJ ini, salah satunya dengan berdzikir dan mujahadah bersama setiap magrib.
Pria yang karib disapa abah ini juga memperlakukan anak asuhnya dengan penuh kasih sayang. Bahkan dia mengibaratkan menyayangi mereka bak seorang ibu yang dengan penuh kasih sayang merawat buah hatinya.
“Saya juga terapi dengan tangan di punggungnya. Kalau mereka mengamuk biasanya saya ajak mereka bersalaman memakai tangan kiri. Ini sudah panggilan jiwa, saya hanya mengikuti kata hati saja untuk merawat mereka,” tutur Mutolib.
.
Selama ini Mutolib dan istrinya menghidupi para ODGJ dari biaya pribadinya. Biasanya ada beberapa bantuan juga dari warga sekitar berupa beras maupun pakaian. Dalam sehari, Darul Majnun bisa memasak 10 hingga 15 kilogram beras. “Allahu’alam kalau biayanya itu kami mandiri. Paling bantuan sekedarnya dari masyarakat desa terakhir belum lama ada komunitas ke sini memberi bantuan,” imbuhnya.
Ada yang menggelitik ketika pertama datang ke Darul Majnun, yakni tagline yang berbunyi Mari Kita Gila Bersama. Menurut Mutolib kalimat ini mengandung suatu pesan yang cukup mendalam. “Kalau kita gila kita tidak pernah ada rasa suudzon dan membicarakan orang. Di sini benar-benar kita membuat mereka menjadi berharga,” tukasnya.
Senada dengan sang istri Titik Lusiati, batinnya merasa bahagia ketika menjumpai anak asuhnya berangsur sembuh sedikit demi sedikit. Bagi Titik ada banyak hal yang bisa dipelajari dari ODGJ ini, bahkan dia mengaku sering tergelitik ketika menyaksikan mereka bercengkrama.
“Kalau susahnya itu mereka susah sekali disuruh mandi dan mencuci baju. Kasian mereka masih muda tapi kondisinya seperti ini. Saya berdoa semoga mereka bisa kembali seperti sedia kala dan banyak orang bersimpati karena mereka membutuhkan uluran tangan,” kata Titik.
Salah satu anak asuh sekaligus yang termuda Azhar Aimanullah (13), sudah dinyatakan sembuh dari gangguan kejiwaan. Dulu dia sering mengeluh pusing, kebingungan dan menangis. Kemudian di bawa ke Darul Majnun oleh orang tuanya. “Saya sudah empat bulan di sini, sekarang sudah tidak pernah bingung lagi. Di sini sering dzikir dan banyak teman,” kata Azhar, yang sebentar lagi akan menempuh pendidikan sekolah menengah pertama.(ang)
[ad_2]
Source link