Mercusuar.co, Jakarta – Ketua Komisi Kepolisian Nasional Mahfud MD menuturkan, pertama kali mendengar kasus polisi tembak polisi saat berada di Arab Saudi. Dia langsung curiga dengan keterangan yang diberikan polisi soal kronologi baku tembak antara Brigadir Yosua Hutabarat dan Bharada Richard Eliezer. “Tidak masuk akal,” kata dia.
Begitu pulang ke tanah air, Mahfud mengundang anggota Kompolnas dan Komnas HAM untuk berdiskusi tentang kasus ini. Menurut dia, Kompolnas dan Komnas HAM terlalu disetir dengan skenario awal yang belakangan diketahui dirancang Ferdy Sambo. Padahal, Mahfud kerap mendengar adanya kemungkinan lain, bahwa baku tembak ini merupakan pembunuhan. “Kompolnas dan Komnas HAM ini sudah disetir oleh sebuah skenario,” katanya.
Mahfud mendengar pula bahwa sudah ada anggota Kompolnas dan Komnas HAM yang diundang dan diarahkan mengenai skenario tersebut. Mahfud lalu mengkonfirmasi hal itu kepada masing-masing anggota Kompolnas dan Komnas HAM tersebut.
Menurut dia keduanya mengakui memang ada pertemuan dengan Ferdy, namun mereka membantah telah disetir. Saat pertemuan itu, kata Mahfud, Ferdy menangis dan mengakui telah dizalimi.
“Saya enggak terpengaruh sama sekali, kami profesional,” kata Mahfud menirukan ucapan salah satu komisioner Komnas HAM.
Mahfud MD mengatakan, sejumlah lembaga terkena prank (olok-olok) dari mantan Kepala Divisi Propam Polri Inspektur Jenderal Ferdy Sambo, seperti dikutip dari tempo.co.
Dia menduga Kompolnas, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia hingga Kapolda Metro Jaya irjen Fadil Imran tertipu skenario awal pembunuhan Brigadir J yang dirancang Sambo.
“Saya sampai sekarang tidak pernah berpikir kalau Kapolda Metro bagian dari (pembunuhan), saya berpikirnya kena prank juga,” kata Mahfud saat rapat dengan Komisi Hukum DPR, Senin (22/8).
Menurut Mahfud, hal itu pula yang terjadi pada Kapolda Metro Fadil Imran. Dia menduga Fadil dibisiki dengan skenario palsu yang dirancang Ferdy. Makanya, Fadil sempat terekam dalam video memberikan simpati dengan memeluk Sambo.
“Ketika pelukan nangis itu juga mungkin dibisikin ‘saya dizalimi’ makanya dipeluk-peluk,” katanya.