Mercusuar.co, Purbalingga – Mengingat masa lalu, di masa kecil, di setiap cengkal sawah para petani menancapkan Angkrek (memedi sawah – Jawa red) disaat tanaman padi sedang mulai menguning. Angkrek dibuat guna menakut nakuti burung-burung yang berterbangan di sawah guna mencari makan, dan tidak lain makanan yang dicari adalah padi yang mulai menguning.
“Namun dahulu Anggrek itu bukan sekedar memedi sawah, alat pengusir burung pemakan padi. Bentuknya yang lucu dan penuh dengan bunyi-bunyian saat ditarik talinya atau terkena tiupan angin, Angkrek juga sering jadi mainan anak-anak” ” ujar Heppy Merdekowati, penulis dan sutradari pementasan drama yang berjudu Krek kepada Mercusuar.co usai menggelar menggelar pementasan di aula Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Padamara, Sabtu, (29/10/2022).
Krek berasal dari kata Angkrek, dalam istilah Jawa disebut memedi atau hantu-hantuan sawah. Sebuah boneka dari bambu yang dibalut baju longgar dan ditancapkan di sawah, diikat dengan tali yang dikaitkan dengan angkrek lainnya.
“Kemudian setiap pagi, siang atau sore para petani menarik narik talinya hingga Angkrek bergoyang goyang, dan burung-burung yang mendekati langsung terbang,” terangnya.
Peristiwa mengasikan semacam ini yang kemudian diadaptasikan oleh Heppy Merdekowati menjadi ide cerita pementasan drama pada malam peringatan hari jadi sanggar tari Larasati di Desa Padamara Kecamatan Padamara Kabupaten Purbalingga, Sabtu (29/102022) malam.
Dalam pementasan tersebut Heppy Merdekowati memberinya judul “Krek” yang bersala dsri kata Angkrek. Sebuah repertoar pementasan drama yang digabung dengan musik tradisional Gending dan beberapa tembang jawa. Adegan Krek yang bergerak patah-patah pantomim robot itu mematung ketika sekawan penari burung mengelilinginya.
“Adegan drama ini kompilasi, ada drama, musik dan tembang Jawa ditambah tarian,” jelasnya.
Happy sendiri mengaku tidak saja kesulitan mencari ide cerita, pada tingkat pencarian peran di sanggar tari Larasati juga merasa kesulitan. karena harus mengaplikasikan pemahaman terhadap anak-anak yang dalam kehidupannya tidak mengalami masa-masa Angkrek menjadi permainan.
“Ya kita berikan duku naskah ke semua anak, kemudian casting beberapa anak yang kami pandang mampu melakukan. Dan ini sulit karena mereka anak-anak tidak mengalami masa-masa itu,” tuturnya.
Dalam prosesnya, cerita dan naskah penyutradaraan digarap sendiri oleh Happy, musik dan tembang Jawa oleh Sulung, sedang penata tari Hening Pamudi Larasati.(Angga)