[ad_1]
MERCUSUAR.CO Yogyakrata – Motor bekas yang tidak terpakai biasanya hanya teronggok begitu saja menjadi besi tua. Pedagang besi akan membelinya sebagai rongsokan. Nilainya dalam hitungan uang, puluhan atau ratusan ribu rupiah saja. Namun di tangan seniman muda Eri Sudarmono, motor bosok tersebut bisa mendatangkan keuntungan puluhan bahkan ratusan juta rupiah.
Bermodalkan motor bekas sudah tak layak pakai, nama Eri mendunia. Ia menyulap rongsokan motor bekas berbagai merek menjadi robot superhero. Bahkan ada pula yang menjadi robot wayang, hewan purba dan lainnya.
”Sebagian besar bahan dasarnya dari Yamaha V 75. Namun ada pula yang lain, yang pasti semua motor bekas bisa bermanfaat di sini,” tutur Eri di bengkel kerjanya, ER Studio Art, Pandak, Bantul.
Eri memang seorang seniman berbasis lukis yang baru memulai mendirikan ER Studio Art pada awal 2021. Kreativitasnya dalam membuat produk seni terasah ketika pandemi Covid-19. Ia memutar otak supaya bisa bertahan. Muncullah gagasan membuat replika robot dari motor bekas.
Lulusan Seni Kriya Logam Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta 1999 tersebut menceritakan, untuk membuat satu replika robot setinggi tiga meter, menghabiskan lima unit motor tua. Besi dari onderdil motor tua dipotong-potong, kemudian disambung agar membentuk replika robot yang diinginkan. Setelah itu dipercantik dengan polesan cat warna-warni.
Dirinya bersama karyawan yang sebagian besar warga kampung setempat tidak mengalami banyak kendala selama proses pembuatan. Mereka sudah terbiasa memanfaatkan berbagai barang bekas menjadi barang bernilai seni. Tak hanya robot tetapi juga berbagai replika sesuai pesanan konsumen.
”Kami tidak memiliki kendala dalam hal pengerjaan replika robot. Jika pun ada kendala, hanya persoalan sulitnya mendapatkan bahan baku yang seluruhnya berasal dari onderdil motor tua,” kata Eri.
Ekspor Robot
Adapun motor-motor bekas yang ia gunakan sebagai komponen utama pembuatan replika robot berasal dari pengepul rongsokan. Hampir semua bagian onderdil motor dapat dimanfaatkan. Nyaris tidak ada yang tersisa.
”Satu replika robot bisa menghabiskan lima motor. Hampir semua bagian onderdil motor terpakai tak ada yang tersisa. Prinsipnya, manfaatkan semua bahan yang ada,” imbuh Eri.
Replika robot setinggi dua hingga tiga setengah meter itu dijual dengan kisaran harga bervariasi, antara Rp 30 juta sampai ratusan juta, tergantung bentuk dan ukurannya. Dalam satu bulan, ER Studio Art mampu memproduksi empat hingga tujuh robot, tergantung tingkat kesulitan desain. Jadi, pemesan harus sabar antre menunggu giliran pesanannya.
Penjualan replika robot karya Er Studio Art tak hanya di lokal Yogyakarta dan sekitarnya tetapi hingga ke berbagai darah di Tanah Air. Bahkan sejumlah negara sudah mereka rambah seperti Jerman dan China. Dua negara tersebut merupakan konsumen terbesar untuk ekspor robot.
Negara lain yang juga menjadi pasar robot anak-anak muda itu yakni Amerika Serikat, Australia, Perancis. Kebanyakan memesan robot superhero ala Transformer yang memang terkenal di seluruh dunia. Robot-robot kelihatan garang, mirip dalam filmnya.
”Namun bukan hanya robot superhero yang kamu buat, ada pula robot lain seperti wayang pesanan Saloka Park. Ada pula pesanan patung dari Bali setinggi 30 meter yang sedang kami pertimbangkan untuk pembuatannya karena tentu memerlukan energi dan waktu yang cukup banyak,” papar Eri.
Sejauh ini, ia dan kru baru mampu membuat robot sesuai pesanan. Namun demikian, ia berusaha untuk membuat robot yang selain menjadi pajangan di galerinya sekaligus bisa langsung dibeli. Ia ingin mereka yang datang tidak kecewa karena tidak ada yang siap dibawa pulang.(han)
[ad_2]
Source link