Mercusuar.co, WONOSOBO – Komunitas penulis Nulis Aja Dulu (NAD) meluncurkan program NAD Academy 2022. Para penulis yang lolos seleksi diajak mendalami materi melalui perjalanan riset atau field trip ke sejumlah daerah. Sebuah riset sangat penting dalam penulisan sebuah cerita khususnya novel.
NAD Academy menjadi inkubasi para penulis muda untuk menghasilkan karya-karya terbaiknya. Para peserta atau disebut dengan akademia ini telah diseleksi oleh admin NAD dan dipilih berdasarkan beberapa kriteria.
Public Relation NAD Academy 2022 Brigitta Innes mengatakan, para akademia ini adalah mereka yang tulisannya sering muncul di grup dan tayang di media massa. Kedua, aktif mengikuti event reguler setiap tahun, mulai dari Battle Challange, 30 Hari Menulis dan Fun Flash Fiction.
“Kami nilai dari tiga event tersebut berdasarkan tulisan mereka, tidak harus jadi juara yang penting terlihat menonjol. Tak kalah pentingnya soal attitude, bagaimana mereka menjadikan media sosial bukan untuk hal-hal drama atau menyebar hoaks,” jelas Innes dalam siaran persnya beberapa waktu lalu.
Pada masa inkubasi ini, para akademia diajak untuk melakukan pendalaman materi melalui perjalanan riset atau field trip ke beberapa daerah. Di antaranya mengunjungi PT Sukun Wartono Indonesia, PT Djarum Foundation, Museum Kretek, Museum Jenang di Kudus. Selain itu ke perkebunan tembakau di Temanggung dan PT Perkebunan Tambi di Wonosobo.
“Dari beberapa daerah yang dikunjungi, diharapkan mereka bisa riset dan bertemu langsung dengan orang-orang di lapangan. Hal ini akan menunjang karya yang akan mereka buat nanti,” imbuh Innes.
Para akademia kemudian diberi waktu mengerjakan tugas menulis hingga akhir tahun nanti. Mereka juga akan menjadi brand ambassador NAD untuk literasi. Tak hanya itu saja, ketika novel sudah tercetak akan dilakukan roadshow.
“Harapan NAD kepada akademia seperti yang dikatakan Innes, tentu saja pihaknya akan terus mendampingi mereka untuk menggaungkan semangat literasi kepada siapa pun. Paling tidak ,mereka bisa menjadi duta literasi bagi orang-orang terdekatnya. Walaupun jalan menuju ke sana tidak mudah, tetapi kami akan terus berusaha mewujudkannya,” ucap dia.
Salah satu mentor, Kurnia Effendi menekankan pada para peserta bahwa riset sangat penting dalam menyusun cerita khususnya novel. Dikatakan Kurnia, riset tidak cukup dilakukan dalam beberapa hari dan seadanya.
“Banyak sekali elemen yang dibutuhkan agar menjadi kerja yang baik. Mulai dari riset mendalam, pengembangan karakter setiap tokoh, hingga bagaimana menghadirkan alur cerita yang menarik,” tutur Kurnia.
Sementara itu akademia asal Bali, Puspa Seruni rencananya akan menggarap novel berupa slice of life, yakni mengangkat kisah seorang anak perempuan dari petani tembakau dan mantan buruh pabrik rokok linting. Dia akan mengambil set lokasi di Jawa Timur, dengan tema garus besar bagaimana moyoroti usaha tembakau, utamanya pertanian yang mulai ditinggalkan anak muda dan dianggap tidak keren. Termasuk juga soal seluk beluk permasalahan dan alur tembakau.
“Aku ingin menulis tentang masalah seorang anak yang diminta kembali ke rumah oleh orangtuanya untuk meneruskan pertanian dan pemasaran tembakau. Bagaimana si anak ini bisa atau tidak meneruskan usaha orangtuanya yang sarat permasalahan. Mulai dari harga yang naik turun, rantai pemasaran panjang dari petani sampai ke pabrik, kepasrahaan petani yang tak bisa menentukan harga, dan si tokoh ini juga dikhianati orang terdekat yang juga menjadi konflik cerita,” jelas Puspa.
Berikut sederet nama peserta NAD Academy 2022 yakni Alfian N. Budiarto, Biru Samudera, Dia Nana, Hasan Aoni, Oberheim Zildjian Harahap, Ocha Lewar, Puput Sekar, Puspa Seruni, Shalihah S Prabarani, dan Yuke Neza. Selama inkubasi mereka didampingi oleh para mentor, yakni Hermawan Aksan, Kurnia Effendi, Iksaka Banu, Mohamad Sobary, dan Triyanto Triwikromo. Mereka juga didampingi oleh para fasilitator seperti Awi Chin, Felix Nesi, dan Anggraini Rani Adityasari. (ang)