MERCUSUAR.CO, Banyumas – Minimnya regenerasi merupakan tantangan bagi para seniman untuk melestarikan kesenian tradisional. Hal itu terungkap di hampir semua pelaku seni yang dijadikan objek Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) SMAN 1 Sigaluh.
Salah seorang pelaku seni musik thek-thek, Sarmidi mengaku bingung jika nantinya tidak ada yang melanjutkan tradisi seni thek-thek di dusun Limbangan, Desa Gembongan Kecamatan Sigaluh.
“Saya dulu atas inisiatif sendiri membeli alat thek-thek. Harganya 3 juta. Tapi ya itu, saya tidak tahu apakah nanti ada yang melanjutkan atau tidak. Padahal ini seni Banyumasan yang cukup penting,” jelas Sarmidi, ketua grup Ketawang Wulung.
Hal senada diungkapkan Joko Pitoyo dan Khadirin, keduanya juga seniman thek-thek. Menurut mereka, generasi saat ini cenderung malu memainkan alat musik tradisional.
“Kalau embeg atau kuda lumping masih mending karena masih banyak tanggapan (pertunjukan). Kalau thek-thek sangat jarang,” keluh Khadirin.
Camat Sigaluh Izak Daniel Aloysius mengungkapkan, P5 yang saat ini dilaksanakan oleh sekolah-sekolah bisa menjadi salah satu solusi.
“Kalau di lembaga formal diajarkan, dilatihkan dan dimainkan, maka kelestarian seni tradisional berpeluang bangkit dan terjaga regenerasinya. Kami sendiri di kecamatan mencoba memfasilitasi seni yang ada dengan sekretariat bersama. Harapannya dapat dijadikan pusat nguri-uri budaya,” harap Izak.