[ad_1]
Mercusuar.co, Pekalongan – Berangkat dari berbincang dengan cabang dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) wilayah Serayu Utara, salah satu kelompok tani ternak sapi Eka Muncul Baru, di kelurahan Degayu, yang berdiri sejak tahun 2018. Eka Muncul Baru dinilai memiliki potensi untuk diusahakan pengadaan alat pengolah biogas dari kohe, terlebih kandang sapi tersebut memenuhi syarat.
Kelompok tani ternak sapi Eka Muncul Baru, pada tahun 2021 menerima bantuan digester biogas dari Provinsi Jawa Tengah guna pemanfaatan limbah kotoran hewan, sebanyak 2 titik.
Biogas dapat dihasilkan dari fermentasi kotoran hewan ternak, seperti sapi, kerbau, babi, kambing, ayam dan lain-lain.
Ketua kelompok tani ternak sapi Eka Muncul Baru, Ghofar menyebutkan, tiap satu titik memiliki kapasitas 20 kubik setara dengan kotoran dari 20 ekor sapi. Biogas yang dihasilkan setelah proses fermentasi dari kohe 20 ekor sapi dapat dimanfaatkan untuk 7 pengguna. Biogas yang dihasilkan dari proses fermentasi disalurkan ke rumah pemanfaat dengan menggunakan pipa.
Perlu diketahui, pemanfaatan limbah kotoran hewan (kohe) yang diolah menjadi biogas dapat dimanfaatkan masyarakat sebagai energi alternatif pengganti LPG sehingga mampu menghemat penggunaan LPG.
Terlebih biogas dinilai lebih aman untuk bumi, karena pembakarannya mampu mengurangi emisi gas rumah kaca, dimana bumi akan mengalami pemanasan dan suhunya akan terus mengalami peningkatan sehingga nantinya suhu bumi bisa nyaris tidak ada bedanya dengan suhu pada malam ataupun siang hari.
Dikatakan Ghofar, sesuai dengan kapasitas digester, penggunaan biogas saat ini masih dibatasi, saluran gas akan dibuka saat pukul 05.00 hingga 08.00, kemudian saluran ditutup. Siang hari kotoran hewan yang sudah dimasukan dalam digester kembali diproses untuk pembentukan biogas untuk digunakan pada pukul 15.00-18.00. Alur proses ini selalu dilakukan pihaknya, agar biogas dapat digunakan oleh pemanfaat.
“Digester biogas ini meminimalisir limbah atau bau dari kotoran hewan, warga bisa menanak nasi, memasak, merebus air dengan biogas tadi, saluran biogas kami buka pada waktu tertentu, karena jika dalam satu hari tidak kami batasi, keesokan harinya biogas tidak bisa digunakan oleh warga, harus melalui proses yang lama,” terangnya saat ditemui langsung di rumahnya belum lama ini.
Meskipun penggunaan biogas yang berasal dari limbah kohe ini belum dapat digunakan secara bebas, menurut Ghofur paling tidak dengan biogas, pemanfaat dapat menghemat sedikit pengeluaran untuk membeli gas LPG.
Selanjutnya, ia menjelaskan kelompok ternak sapi Eka Muncul Baru, sempat memperoleh penghargaan sebagai desa mandiri energi dengan kategori berkembang se-provinsi Jawa Tengah.
Sementara itu, salah satu pemanfaat, Nailis mengaku senang dengan adanya biogas, karena dapat menghemat penggunaan gas LPG. Sebelum ada biogas, gas melon hijau habis digunakan hanya dalam waktu 3-4 hari saja, namun dengan adanya biogas, satu gas melon dapat ia gunakan hingga 2 minggu, tentunya ini sangat membantu penghematan penggunaan gas LPG.
“Mengurangi biaya, kalau ada biogas 3 hari 4 hari habis satu tabung gas melon, bisa kebantu, meskipun pemanfaatannya dijatah tapi agak ringan, setelah ada biogas bisa satu minggu kadang 2 minggu baru beli gas lagi,” terangnya.
Ia berharap, biogas yang dihasilkan bisa lancar dan berkelanjutan, meskipun berasal dari kotoran hewan, ia menjelaskan api yang dihasilkan oleh biogas tidak menimbulkan bau yang tidak sedap, “Harapannya lancar ada terus bisa dibantu, gas bau dan masak enak,” pungkasnya.(ike)
[ad_2]
Source link