Mercusuar.co, Purbalingga – Tradisi warga masyarakat membawa makanan yang dikemas ke dalam Tenong dan disunggi menuju tempat dilaksanakannya peringatan maulid Nabi Muhammad SAW setiap tanggal 12 Robiulawal masih berlangsung hingga kini oleh warga dukuh Kaliputih, Desa Karangsari, Kecamatan Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga. Tradisi menyunggi Tenong tersebut sudah turun temurun sejak nenek moyang, dan hingga kini terus dilestarikan.
“Sejak dulu kala, jaman nenek moyang tradisi nyunggi Tenong sudah ada. Dan tradisi tersebut masih dilestarikan di kampung ini,” ungkap Misngadul ‘Ulum, Kepala TPQ Dukuh Kaliputih selaku panitia peringatan maulid Nabi Muhammad SAW 12 Robiulawal 1444 H. di dukuh Kaliputih kepada Mercusuar.co, Sabtu (8/10/2022).
Misngad menjelaskan, peringatan maulid Nabi Muhammad SAW di dukuh Kaliputih dilaksanakan di masjid Jami’ Baiturrahman. Acara peringatan tersebut dimulai sejak pagi hari mulai pukul 07.30 – 14.00 WIB. Pihak laki-laki mengikuti acara, sedang pihak perempuan datang belakangan sambil menyunggi Tenong berisi makanan.
“Acara dilaksanakan sejak pagi. Karena banyak acara yang harus disajikan, maka pihak laki-laki datang terlebih dahulu, sedang pihak perempuan datang belakangan membawa Tenong berisi makanan. Tenong pertama berisi senek atau jajanan, Tenong kedua berisi nasi dan lauk pauknya,” jelasnya.
Acara pertama bacaan maulid yang tertulis pada kitab Al Barjanji sampai selesai atau khatam. Kemudian dilanjutkan Mauidzoh Hasanah oleh Habib Syarif meneruskan ayahnya Habib Idrus dari Kranggan. Lalu dilanjutkan dengan kajian kitab Daqoikul Akhbar, kemudian Srakal dan ditutup Dengan do’a Al Barjanji.
“Setiap peringatan maulid Nabi Muhammad SAW, rangkaian seperti ini rutin, dan warga masyarakat Dukuh Kaliputih pasti memperingatinya dengan menyajikan makanan menggunakan Tenong,” terangnya lagi.
Terkait panitia pihaknya mengaku dilakukan bersama. Menurutnya kegiatan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW di kampungnya sudah tradisi, jadi sudah dengan sendirinya setiap menjelang tiba tanggal 12 Robiul Awal warga sebelumnya sudah persiapan untuk ikut memperingati Maulid Nabi tanpa harus membentuk panitia.
“Prinsipnya ialah al-muhafadhotu ‘ala qodimis sholih wal akhdzu bil jadidil ashlah, yakni memelihara tradisi lama yang baik dan mengambil hal baru yang lebih baik. Jadi semua dikerjakan bersama-sama,” lanjutnya.
Misngad berharap kegiatan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW bukan hanya sekedar rutinan, melainkan juga untuk mendidik generasi berikutnya agar selalu cinta mahabah kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW. “Agar senantiasa mendapat rahmat, barokah, serta syafaat Rasulullah SAW dan menjadi generasi yang sholeh, sholehah, berakhlak mulia. Seperti yang diajarkan oleh Uswatun Hasanah kita yaitu Baginda Rasulullah SAW,” pungkasnya.(Angga)