Mercusuar.co Wonosobo – Unit koperasi masyarakat Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) Mart Wonosobo resmi diluncurkan. Mini market ini memberi lapangan kerja serta mewadahi produk para mantan buruh migran yang dipulangkan akibat pandemi. SBMI Mart diharap menjadi program yang berkelanjutan dan banyak diadopsi.
SBMI Mart Wonosobo terletak di Desa Lempong Sari, Kecamatan Kaliwiro dan telah buka sejak 12 Oktober lalu. SBMI Mart yang didirikan oleh dan untuk pekerja migran ini baru pertama ada di Wonosobo.
Ketua DPC Serikat Buruh Migran Indonesia Cabang Wonosobo sekaligus Ketua Koperasi SBMI Mart Maizidah Salas menjelaskan, tujuan berdirinya mini market tersebut yakni sebagai wadah bagi para mantan buruh migran yang memasarkan produksnya. Menurut Salas, selama ini beberapa mantan pekerja migran kerap mendapat pelatihan pembuatan produk, namun terkendala pemasaran.
“Kami bantu jual melalui mini market dan by online kami sudah kerja sama dengan market place, juga ada marketing online nya. Selain itu membantu memberi lapangan kerja bagi buruh migran yang dipulangkan karena pandemi dan mengalami kekurangan ekonomi,” jelas Salas pada saat Grand Launching SBMI Mart di Hotel Kresna, Kamis (3/11).
SBIM Mart Buka Lowongan kerja
SBIM Mart memperkerjakan para mantan buruh migran. Selin menjual produk UMKM milik para mantan buruh migran, toko ini juga menyediakan aneka kebutuhan sehari-hari masyarakat. Tak heran bila toko retail yang baru buka kurang dari satu bulan itu juga ramai dikunjungi warga sekitar.
“Karena kita cukup banyak promosi harga murah dan masyarakat tahu dari mulut ke mulut. Belum satu bulan omzet makin naik,” ucap Salas.
Dia berharap SBMI Mart nantinya akan berkembang tak hanya di satu tempat saja melainkan bisa merambah ke berbagai pelosok di Wonosobo. Lebih dari itu, dia ingin bisa turut mengembangkan perekonomian di Wonosobo.
“Kami ingin membantu pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan dan mengangkat ekonomi daerah, sebab kita tahu Wonosobo termasuk termiskin di Jateng. Dengan koperasi ini semoga bisa membantu sedikit mengurangi angka kemiskinan,” kata Salas.
Project Officer IOM Indonesia Syafira Ayunindya menjelaskan pihaknya berfokus pada isu penanganan pekerja migran dan membantu tata kelolanya. Selain itu IOM bermitra dengan Semut Nusantara dan SBMI memberi dukungan pemberdayaan ekonomi dan pengembangan kapasitas terhadap purna migran melalui Pemberdayaan Ekonomi Pekerja Migran Indonesia (PIJAR Indonesia).
“Kami diberi kesempatan untuk menyalurkan dana bantuan pada pekerja migran terdampak ekonomi dalam bentuk koperasi agar lebih berkelanjutan. Kalau dalam bentuk uang kan bisa cepat habis tapi kalau ke koperasi akan lebih bermanfaat,” kata perempuan yang karib disapa Pya ini.
Dikatakan Pya, program serupa juga berjalan di Karawang, Lombok Timur dan Flores. Sebelumnya juga pernah mendirikan di Jakarta, dari sini lah dia melihat praktik baik untuk dimassif kan.
“Semoga hasil uji coba di empat daerah bisa memperlihatkan hasil yang baik sehingga bisa dipraktekkan di daerah lain dan siapa tahu jadi program nasional. Kami pilih daerah yang tergolong banyak dalam pemberangkatan migran ke luar negeri,” tutup Pya.