MERCUSUAR.CO, Purworejo – Universitas Muhammadiyah (UM) Purworejo berkomitmen kuat untuk mewujudkan tekadnya menjadi Kampus Ramah Difabel. Komitmen itu antara lain ditunjukkan oleh Bidang Kemahasiswaan melalui fasilitasi Pelatihan Capacity Building bagi para relawan Unit Layanan Difabel dan Konseling Mahasiswa (ULDKM) selama 3 hari, Jumat-Minggu (19-21/8) lalu.
Kegiatan yang mengusung tema “Meningkatkan kualitas diri, bergerak mewujudkan kampus inklusi” tersebut dipusatkan di dua lokasi. Masing-masing yakni Ruang B Gedung Rektorat UM Purworejo dan Objek Wisata Bukit Sikepel Kecamatan Bener.
Kegiatan ini diikuti 24 mahasiswa dari berbagai program studi. Peserta diajak untuk mempelajari sekaligus praktik 4 materi, yakni manajemen organisasi, komunikasi dan public speaking, konseling, serta perspektif difabel. Keempat pembicara dari materi tersebut adalah Ir Zulfanita MP, Dr Umi Faizah MPd, Muh Ibnu Sina MPsi Psikolog, dan Ir Pramono Murdoko.
Kepala ULDKM, Itsna Iftayani MA, menyebut selama kegiatan peserta juga dilatih kekompakan melalui aneka permainan dan out bond. Pihaknya berharap, adanya kegiatan kali ini dapat menjadi bekal dasar terkait konseling dan pendampingan difabel.
“Sehingga dapat segera direalisasikan dalam aktivitas-aktivitas positif untuk mewujudkan kampus yang ramah difabel dan kesehatan mental,” katanya.
Rektor UM Purworejo, Dr Rofiq Nurhadi MAg, menyampaikan apresiasinya terhadap mahasiswa yang telah bersedia menjadi relawan ULDKM. Semangat para mahasiswa yang ditunjukkan selama kegiatan Capacity Building kian memantapkan UM Purworejo untuk mewujudkan Kampus Ramah Difabel.
“UMP sangat terbuka terhadap masyarakat secara luas dan memberikan kesempatan bagi difabel untuk belajar dan mendapatkan hak yang sama,” ungkapnya.
Fasihah, salah satu relawan peserta Capacity Building, mengaku mendapat banyak ilmu baru selama mengikuti kegiatan. Menurutnya, misi menjadi Kampus Ramah Difabel merupakan terobosan yang baik sehingga harus didukung semua elemen, termasuk mahasiswa.
“Kegiatan ini sangat bermanfaat untuk memberikan bekal kepada relawan, baik berkaitan dengan organisasi, skill, konseling, maupun perspektif difabel,” ujarnya. (fen)