MERCUSUAR.CO, Solo – Yayasan Gema Salam bersama para mitra yang merupakan eks Napiter menggelar nobar film Sayap -Sayap Patah di XXI Solo Square, Sabtu (3/9/2022). Film arahan sutradara Rudi Soejarwo ini mengangkat peristiwa kerusuhan berdarah di Mako Brimob pada tahun 2018 lalu.
Dalam nobar yang digagas bersama Kadensus 88 Irjen Pol Martinus Hukom ini di hadiri 9 orang Eks Napiter bersama keluarga beserta jajaran pengurus Yasayan Gema Salam.
Film Sayap – Sayap Patah menceritakan peristiwa kerusuhan di Mako Brimob tahun 2018 silam. Film ini mengisahkan salah satu korban dari pihak petugas Densus 88 yang menjadi korban kerusuhan dalam peristiwa tersebut. Film ini bagus untuk meng-edukasi masyarakat, khususnya tentang dedikasi seorang anggota Polisi yang mempertaruhkan segalanya saat bertugas, demi bangsa dan negara.
“ Saya salut dan bangga dengan Polri, terutama detasemen khusus 88 yang sudah mewakafkan jiwa raganya untuk perdamaian Indonesia, Salut saya,” kata Jack Harun, Ketua Yayasan Gema Salam.
Hasan Al Rosyd, Sekretaris Yayasan Gema Salam yang saat kejadian kerusuhan di Mako Brimob turut menyaksikan, mengatakan bahwa mereka yang terjebak menjadi anggota teroris itu tidak semua memiliki pemahaman sama. Ada yang cuma ikut-ikutan, terpaksa dan bahkan ada juga yang tidak tahu menahu. Dalam peristiwa berdarah tersebut Hasan turut membantu menyelamatkan seorang Polwan namun akhirnya dipaksa untuk menghentikan pertolongan oleh para pelaku.
“ Saat kejadian kerusuhan di Mako Brimob saya tidak tahu menahu apa yang terjadi, hanya saat itu membantu menyelamatkan seorang Polwan namun dipaksa oleh para pelaku untuk menghentikan pertolongan tersebut atau akan dianiaya hingga saat itu saya tidak mampu berbuat apa-apa,” kata Hasan.
“ Dari film ini kita dapat diambil pelajaran khususnya mengenai kesetiaan, kesedihan, dedikasi, pengorbanan dan juga sisi-sisi lain petugas kepolisian saat bertugas, khususnya dalam berinteraksi dengan terorisme” tambah Hasan. (din)